type="text/javascript">

Analisis Novel AKAR


ANALISIS SUDUT PANDANG PENCERITAAN
DALAM NOVEL “AKAR”
KARYA DEWI LESTARI








Yayang Eko Setyo W. (11-520-20012)



FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
PRODI BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2011




Abtrak
Karya-karya astra mempunyai nilai positif yang dapat diambil manfaatnya untuk dikaji lebih dalam, terlebih untuk rohani manusia. Untuk itulah apresiasi karya sastra diadakan dan mengambil langkah-langkah dengan cara menganalisa hasil karya sastra tersebut. Salah satu bentuk pengkajian karya sastra yaitu dengan melihat aspek psikologi yang ada didalam sebuah karya sastra yang mempengaruhi Tokohnya. Dari latar belakang inilah yang menarik dalam penyusunan dalam menulis sebuah karya ilmiah dengan judul “sudu pandang penceritaan pada novel AKAR karya Dewi Lestari”.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan secara objektif tentang sudut pandang novel “AKAR” karya Dewi Lestari, diharapkan dapat mengambil amanat sebagai pelajaran hidup sekaligus menambah wawasan serta pengalaman yang lebih luas. Dalam penelitian karya sastra “AKAR” metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan atau melukiskan gejala dan fakta secara sistematis. Hasil penelitian yang didapat Sudut pandang fisik yang meliputi waktu dan ruang yang ditampilkan dalam novel “AKAR” ini menampilkan waktu masa lalu seperti ketika Bodhi ditemukan oleh guru Liong di bawah pohon bodhi (asam), yang bermula dari sebuah mimpi kira-kira dua tahun sebelumnya dan setelah itu Bodhi dirawat dan dibesarkan oleh guru Liong hingga berusia delapan belas tahun. Sedangkan ruang dipakai dalam novel “AKAR” diantaranya kamar kos, warung kopi, wihara, kapal laut dan dan lain-lain.
dari beberapa contoh rekaman data yang nampak diatas Sudut pandang mental yang meliputi perasaan dan sikap didapat bahwa perasaan yang ditunjukkan pengarang terhadap cerita dalam novel “AKAR” karya Dewi Lestari adalah perasaan kasih sayang, benci, cemburu dan dendam terhadap permasalahan yang dihadapi tokoh cerita dan yang telah dituangkan dalam novel oleh pengarang. Sedangkan sikap yang dikembangkan pengarang dalam novel “AKAR” adalah sikap baik terhadap teman seperti yang ditunjukkan “Bodhi”.
Sudut pandang pribadi  posisi pengarang menggunakan sudut pandang Impersional, yaitu pengarang hanya berdiri di luar cerita. Ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu (author omniscient). Ia dapat melihat sampai ke dalam pikiran tokoh, dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
Nama-nama tokoh ceritera, khususnya yang utama kerap atau terus menerus disebut dan sebagai variasi, pengarang menggunakan kata ganti.



Kata kunci: Bahasa Asing dan Lambang Gambar

1.1  Latar Belakang Masalah

Perkembangan minat baca pada masyarakat, pelajar dan remaja terhadap karya sastra semakin meningkat, terlebih pelajaran sastra digunakan sebagai pelengkap materi pelajaran di sekolah. Pelajar, remaja, guru bahkan ahli bahasa bahasapun tidak lagi menganggap karya sastra hanya sebagai sebuah karya melainkan sebuah karya dengan penuh makna yang terkandung pesan moral didalamnya. Penggunaan media untuk memahami karya sastra juga sangat mendukung dalam memberikan kemudahan pada remaja, pelajar, bahkan masyarakat untuk memahami karya sastra, sehingga para pelajar, remaja, ahli bahasa, guru bahasa maupun masyarakat awampun menjadi lebih mudah untuk memahamimaksud karya sastra tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi adalah bagaimana menempatkan karya sastra dalam kehidupan dan bagaimana terhadap pembaca dan masyarakat. Hal inilah yang sering terjadi pada pelajar, remaja atau masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah adanya pemahaman tentang fakta imijinasi yang terdapat dalam karya sastra itu menggunakan fakta yang sebenarnya yang berlaku di lingkungannya.
Hal itu mengakibatkan terjadi pembauran antara fakta dalam karya sastra dengan fakta yang ada di lingkungan atau mereka yang hanya memandang dari segi negatifnya saja sehingga hasil karya sastra dianggap dapat menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti pada Novel “AKAR” karya Dewi Lestari berikut ini dengan gambaran yang sederhana bahkan terkesan apaadanya, dan mungkin yang akan ditiru masyarakat kita adalah sikap kesederhanaan yang akan diterapkan dalam sebuah kehidupan sehari-hari. Hal ini karena pengarang adalah bagian dari masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Begitu halnya dengan cerita-cerita yang terdapat dalam karya sastra merupakan kisah kehidupan masyarakat yang diimijinasikan oleh pengarang. hanya saja cara penyampaiannya dipengaruhi oleh latar belakang si pengarang di samping pengetahuan danpengalaman yang terdapat pada diri pengarang tersebut.
Sastra dan kehidupan masyarakat saling terkait satu sama lain dan melalui sastra, pengarang dapat mengungkapkan suka, duka kehidupan masyarakat yang diketahuinya dengan sejelas-jelasnya. Sehingga jalan cerita yang terdapat dalam sastra tersebut dapat dinikmati, bahkan dapat menimbulkan kesan tersendiri dihati masyarakat.
Sastra pun dapat dijadikan kebutuhan diantara kebutuhan hidup dalam diri manusia disamping agama sebagai pegangan hidupnya, sehingga dapat menciptakan keharmonisan di dalam kehidupannya, baik jasmani maupun rohani. Hal lain dari karya sastra yaitu dapat memberikan kebahagian dan kesenangan manusia sekaligus dengan karya sastra dapat mengerti perwatakan orang lain sehingga mendapat hikmah yang besar setelah membaca karya sastra dan mempunyai pandangan hidup yang lebih luas tentang manusia. Karya-karya sastra yang mempunyai nilai baik atau positif dapat diambil manfaatnya, lebih-lebih untuk pendidikan rohani manusia. Untuk itulah kita harus mengadakan suatu apresiasi karya sastra dan mengambillangkah-langkah dengan cara mengenal hasil karya sastra tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1   Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah sudut pandang penceritaan novel “AKAR” karya Dewi Lestari

1.2.2        Penegasan Konsep
Sudut pandang penceritaan novel “AKAR” karya Dewi Lestari merupakan penelitian kualitatif dengan satu variabel. Untuk menghindari kesalahan persepsi dan perbedaan konsep variabel, maka perlu adanya penegasan konsep variabel sebagai batasan operasional. Sudut pandang novel “AKAR mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Sudut pandang fisik
2.      Sudut pandang mental
3.      Sudut pandang pribadi
(Sudjiman Panuti, 1988:76)

1.2.3        Deskripsi Masalah
Hudson menggunakan istilah sudut pandang (point of view) dengan arti pikiran atau pandangan pengarang yang dijalin dalam  karyanya. Harry Shaw (1972:293) menyatakan bahwa point of view dalam kesustraan mencakup.
1.      Sudut pandang fisik, yaitu posisi dalam waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam pendekatan materi cerita
2.      Sudut pandang mental, yaitu perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah dalam cerita
3.      Sudut pandang pribadi, yaitu hubungan yang dipilih pengarang dalam membawakan cerita : sebagai orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.

1.2.4        Pembatasan Masalah
Masalah yang telah disebutkan dalam deskripsi masalah di atas tidak akan diuraikan secara keseluruhan, agar pembahasan ini lebih rinci dan detail, untuk menghindari kesalah pahaman dan meluasnya persoalan maka diperlukan pembatasan masalah yang dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1.      Masalah sudut pandang fisik yang terdapat dalam novel “AKARkarya Dewi Lestari
2.      Sudut pandang mental dalam novel “AKARkarya Dewi Lestari
3.      Sudut pandang pribadi yang terdapat dalam novel “AKARkarya Dewi Lestari

1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencari sudut pandang novel “AKARkarya Dewi Lestari, sekaligus kita dapat mengambil amanat sebagai pelajaran hidup yang akan kita terapkan pada kehidupan sehari-hari.

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberi manfaat teoritis dan objektif. Sehingga secara teoritis dan garis besarnya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan memperkaya wawasan kita sebagai peneliti sastra. Secara objektif penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang penganalisisan sebuah karya sastra yang ditinjau dari segi sudut pandang penceritaan sebuah novel yang tertuang pada novel “AKAR” karya Dewi Lestari.

2.      Kajian Teori
Penelitian dengan judul yang sama masih belum ada, sehingga penelitian ini merupakan penelitian pertama yang di susun dan dianalisis sebagai sebuah karya ilmiah.




2.1  Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan berdasarkan sudut pandang penceritaan sehingga membuat novel ini lebih menarik untuk dibaca dan diangkat untuk dianalisis lebih dalam lagi.
Dalam penggunaan istilah sudut pandang (Point of view), sering kali tidak jelas apa yang diacunya. Ada yang mengartikan sudut pandang pengarang ada juga yang menggunakan dengan arti sudut pandang pencerita. Adapula yang menganggap keduanya sama saja karena pengarang dan pencerita tidak dibedakannya.
Menurut Lubbock, point of view mengandung arti hubungan antara tempat pencerita berdiri dan ceritanya. Dia ada di dalam atau  di luar cerita?, hubungan ini ada dua macam, yaitu hubungan pencerita dengan ceritanya, dan hubungan pencerita akuan dengan ceritanya (Lubbock,1965,251-257).
Sudut pandang adalah pilihan pengarang dalam menggunakan tokoh cerita. Sudut pandangan atau Point of View yang oleh S. Tasrif,S.H. dalam buku Teknik Mengarang, Korrie Layun Rampan (1983:29) dijelaskan bahwa point of view digunakan pengarang untuk memilih dari sudut mana ia akan menceritakan ceritanya. Apakah  sebagai orang di luar saja, atau apakah pengarang juga akan turut dalam cerita itu. Menurut A. Bakar Hamid dalam tulisannya “Sudut Pandangan” adalah teknik untuk mengemukakan cerita dengan meyakinkan dan pengarang dapat menggunakan teknik ini untuk menekankan hal- hal yang dianggapnya penting dan menyambillalukan hal-hal yang dianggap sebagai sampingan saja.

3 Metode penelitian
3.1 Metode Kwalitatif/Kwantitatif
Dalam menganalisis penelitian Novel “AKAR” karya Dewi Lestari digunakan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan atau melukiskan gejala dan fakta secara sistematis. Hasil penelitian yang didapat Sudut pandang fisik yang meliputi waktu dan ruang yang ditampilkan dalam novel.

3.2 Sumber Data Penelitian
Data dalam penelitian ini didapat dari data penelitian mandiri yang bersumber dari novel “AKAR” karya Dewi Lestari, Penerbit Bentang 2012 dan sumber data lain yang menunjang dan memperkuat hasil penelitian.

3.3  Teknik Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data penelitian sebagai berikut
.      Penjabaran dari dosen yang memberikan pengarahan tentang teknik penyusunan menganalisis Novel
.      Membaca literatur dari novel yang akan di analisis
.      Mendeskripsikan cerita dalam novel “AKAR” karya dewi lestari

3.4  Analisis Data
Data yang telah terkumpul dan tersusun terlebih dahulu melewati langkah-langkah pengidentifikasian dan pengklasifikasian sehingga diperoleh sebuah kesipulan data yang tertulis dan teoritis.

4.      Pembahasan
4.1  Analisis Berdasarkan Pada Sudut Pandang Penceritaan
Sudut pandang atau Point of View adalah hubungan atau ikatan dalam sebuah karya sastra dimana ikatan antara pencerita dan ceritanya memiliki sebuah ikatan sehingga sering kali tidak jelas apa yang diacunya. Ada yang mengartikan sudut pandang pengarang ada juga yang menggunakan dengan arti sudut pandang pencerita. Adapula yang menganggap keduanya sama saja karena pengarang dan pencerita tidak dibedakannya.
Disinilah tujuan dari analisis karya sastra pada novel “AKAR” karya Dewi Lestari dilakukan, Pada novel “AKAR” karya Dewi Lestari memiliki sebuah sudut pandang pribadi posisi pengarang, yaitu menggunakan sudut pandang Impersional, pengarang hanya berdiri di luar cerita, bebas bergerak dari tokoh satu ke tokoh lainya, suatu tempat ke tempat lainnya, satu episode ke episode lainnya yang dapat memberikan akses terhadap pikiran dan perasaan tokoh dengan bebasnya. Ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu (author omniscient). Seperti pada awal kisah novel “AKAR” karya Dewi Lestari ini, pengarang mengisahkan sebuah cerita dengan seting tempat yaitu kota Jakarta, dengan Bodhi sebagai seorang anggota komunitas Punk, setelah itu pengarang meloncatkan ceritanya dengan kembali ke masa lalu bodhi dengan seting tempat yang berbeda, yaitu Kota Malang, lebih tepatnya Lawan, pengarang mengisahkan pertama kali Bodhi ditemukan oleh guru Liong di dalam dus rokok di sebuah bawah pohon asam, disana Bodhi dibesarkan disebuah wihara dengan didikan guru Liong hingga berumur delapan belas tahun, setelah itu Bodhi menginginkan untuk mencari sebuah jati dirinya dengan pergi ke Kota belawan dengan pekerjaan yang tentu, sampai dengan sebuah inti cerita ketika Bodhi melakukan sebuah perjalanan yang cukup jauh sebagai seorang backpacker dan sampai di kota bangkok disana bodhi bertemu dengan backpacker lain dengan belajar bahasa Thai, dimulai dengan cuma ngomong sawat-dii krup kalimat kedua yang kuasai adalah phom kin tae phak = saya cuma makan sayur (Dewi, 2012:59). disana Bodhi bertemu dengan Kell seorang siniman Tato Bodhi beranggapan bahwa tato adalah hal yang kotor yang tak pernah Ia pelajari pada saat di wihara. Namun Kell meyakinkanya dengan mengartikan bahwa tato adalah seni tingkat tinggi dan “Bodhi adalah karya alam yang luar biasa”, Kell berdecak. Matanya menerawang tak terkejar, seolah menembus dimensi ini dan bertandang ke alam dewa dewi. Tanganya sampai di pergelangan tangaku. Tempat nadi berdenyut. Di sini! Ia tersenyum, entah kepada siapa. “You need to be completed”. Dan kalimatnya menggetarkan nadiku. (Dewi, 2012:63).
Dari seni Tato tersebut Bodhi belajar beberapa beberapa teknik mentato dari Kell dan mempelajari lambang-lambang gambar seperti lambang gambar ouroboros, sebuah lambang keabadian (Dewi, 2012:70). Bodhi selalu berpindah-pindah tempat dari Bangkok, menuju Laos, hingga pada akhinrnya bodhi kembali lagi ke Indonesia dengan bergabung dengan anggota Punk.
Dengan sudut pandang Impersional inilah pengarang mampu tanpa batasan mengekpresikan pikirannya, pengarang juga dapat melihat sampai ke dalam pikiran tokoh, dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh. Sudut pandang Impersional “Dia” digunakan dalam pengisahan ceritera dengan gaya “dia”. Narrator atau pencerita adalah seseorang yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, misalnya Bodhi, Kell dan Bong atau penggunaan kata ganti seperti: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama kerap atau terus menerus disebut dan sebagai variasi, pengarang menggunakan kata ganti.

5        Simpulan
Untuk memahami sebuah karya sastra khususnya sebuah novel tidak hanya sekedar membacanya, namun juga dibutuhkan sebuah analisis sebuah karya ilmiyah sehingga dapat kita temukan unsur-unsur didalam sebuah karya sastra, tidak hanya sebuah aspek pembangun dan diciptakannya karya sastra, karena pada dasarnya sebuah karya sastra memiliki dasar dan gambaran tentang sebuah kehidupan yang terjadi didalam lingkungan kita dan sebagai inspirasi kehidupan khususnya bagi kita calon pendidik dan penikmat sebuah karya sastra.

Daftar Pustaka
       Lesatari dewi.2012. Akar. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Sutejo &Kasnadi.2010. Apresiasi Prosa: Mencari Nilai, Memahami Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Sariban.2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra, Surabaya: Lentera Cendia surabaya

Sinopsis

Novel “AKAR” karya Dewi Lestari mengangkat kehidupan tokoh utama, Bodhi, dalam berpetualang sebagai backpacker. Petualangannya dalam rangka menemukan “kesejatian”, yaitu sebuah kebahagiaan yang hakiki. Kesejatian tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang selama ini jadi bahan perenungan dan kebimbangan Bodhi. Bodhi yang yatim piatu juga ingin mengetahui sebenarnya ia dari mana asalnya, dari manakah akar ia berasal. Hal ini sesuai dengan judul novel ini yaitu “AKAR”.
Petualangannya sebagai backpacker dimulai dari Medan hingga mendaratkannya di Bangkok. Di sana ia dipertemukan dengan Kell, seorang ahli tato. Kell mengajari Bodhi mentato. Kemudian Bodhi pergi ke Laos untuk mencari ketenangan. Setelah itu ia kembali ke Thailand dan mendapati Kell sudah tidak berada di Thailand lagi.
Bodhi bertekad mencari Kell, dan akhirnya Bodhi bertemu dengan Kell di Kamboja. Bodhi kembali ke Indonesia, bergabung dengan komunitas punk yang dipimpin oleh Bong. Bodhi melanjutkan profesinya sebagai seniman tato dan penyiar radio gelap. Dalam setiap langkah, Bodhi terus mencari akar asal-usulnya.
Novel ini mengangkat sebuah kehidupan yang serba tidak pasti yang digambarkan lewat kehidupan seorang Bodhi dengan perjalanan backpacking-nya. Dalam kehidupan ini kita tidak tahu pasti apa yang akan kita hadapi. Hal ini secara eksplisit disampaikan pengarang melalui penyampaian Bodhi ketika menyudahi ceritanya.


0 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. DESYA WIBAWA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger