type="text/javascript">

Analisis Estetika Puisi "Sembahyang Rerumputan"




ANALISIS ESTETIKA PUISI
“SEMBAHYANG RERUMPUTAN”
KARYA



Yayang Eko Setyo W. (11-520-20012)



FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
PRODI BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2011




1.      Pendahuluan
ESTETIKA adalah ilmu tentang keindahan. Estetika merupakan cabang filsafat yang membahas keindahan yang melekat pada karya seni. Istilah estetis, biasanya merujuk pada indah, tentang keindahan, atau memiliki nilai keindahan. NIai estetis sebuah karya seni, dalam hal ini puisi, mampu memberikan hiburan, kepuasan, kenikmatan, dan kebahagiaan batin ketika puisi itu dibaca, didengarkan, atau diresapi. Ada keindahan yang terkait dengan bahasa dan ada keindahan terkait dengan isi, makna, amanat, atau struktur mentalnya. Puisi mengandung keindahan fisik terkait dengan bahasa dan sekaligus keindahan struktur batinnya. Kandungan makna di dalam puisi, misalnya, banyak memberi manfaat bagi kehidupan, sebab makna itu terkait dengan nasihat, petuah, ajaran tentang moral, budi pekerti mulia, nilai kebijakan, keutamaan, dan keluhuran yang dapat menuntun ke arah jalan kebenaran.

Aktivitas apresiasi puisi terkait dengan keindahan dan kualitasnya. Setiap aktivitas apresiasi puisi tentu berusaha menikmati keindahan serta menakar mutu yang terkandung di dalam puisi. Hubungan antara keindahan dan kualitas puisi dapat dibandingkan dengan rangkaian permata yang disamping mempunyai keindahan bentuk juga memiliki kualitas. Sebuah puisi memilikikeindahan apabila puisiitu memiliki susunan atau komposisi yang memenuhi syarat
.      keutuhan (unity) yang membentuk unsur-unsur sistem puisi
.      keselarasan (harmony) unsur-unsur yang mendukung puisi
.      keseimbangan (balance) antara bentuk, isi, dan ekspresi
.      adanya fokus (right emphasis).
Sebuah puisi dinilai memiliki keindahan apabila keempat syarat itu terpenuhi. Semakin terpenuhi keempat syarat itu, maka semakin estetislah sebuah puisi.


2.      Kerangka Teori

Kata semiotika dalam bahasa Indonesia diturunkan dri bahasa Inggris: semiotics, yang berasal dari bahasa Yunani: semion, yang berarti: tanda (Teeuw, 1984:47). Dalam pertumbuhan selanjutnya, semeotika dikembangkan menjadi sebuah disiplin ilmu tersediri, antara lain, Charles Morris, Roman Jacobs, Jonathan Culler, Michael Riffaterre, dan lain-lain. Kemudian, teori teori semeotika yang akan diacu dalam analisis puisi “Sembahyang Rerumputan” adalah teri yang dikembangkan oleh Michael Riffaterre dalam bukunya Semiotics of Poetry (1978). Ia menganggap bahwa puisi adalah sebagai wujud aktivtas bahasa. Puisi berbicara mengenai ssuatu hal dengan maksud yang lain. Artinya, puisi berbicara tidak langsung sehingga bahasa yang digunakan berbeda dari basaha sehari-hari.
Sebagai wujud ekspresi kebahasaan, puisi hanya dapat dipahami maknanya apabila pembacanya menguasai konvensi bahasa. Pembacaan atas dasar konvensi bahasa itu, oleh Michael Riffaterre disebut dengan pembacaan hermeneutik (1978:6). Pembacaan hermeneutik ini mendasarkan pada konvensi sastra dan budaya. Artinya, dari pemahaman makna kebahasaan yang masih beraneka ragam dan menampakkan adanya keterpecahan (semiotika tataran pertama), pembaca puisi harus melangkah lebih jauh untuk memperoleh kesatuan makna puisi secara menyeluruh (semeotika tataran kedua).
Dalam pembacaan semeotika tataran pertama yang tertumpu pada tahap pembacaan heuristik itu banyak ditemukan arti yang beraneka  ragam, keterpecahan makna, dan tampak berserak-serak tak beraturan. Itulah sebabnya pembacaan harus dalam dua tataran.
  

2.1  Analisis Pembacaan Heuristik

Pembacaan Heuristik adalah pembaan yang berdasarkan pada konvensi bahasa yang bersifat mimetis (tiruan alam) dan mebangun serangkaian yang bersifat heterogen. Hal ini dapat terjadi karena hnya didasarkan pada pemahaman arti kebahasaan yang bersifat lugas atau berdasarkan arti denotatifdari suatu bahasa, seperti pada puisi “Sembahyang Rerumputan” berikut.


Sembahyang Rumputan

walau kaubungkam suara azan
walau kaugusur rumah-rumah tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil ‘alamin

topan menyapu luas padang
tubuhku bergoyang-goyang
tapi tetap teguh dalam sembahyang
akarku yang mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi

sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan jiwa dan badan
yang rindu berbaring di pangkuan tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan

walau kautebang aku
akan tumbuh sebagai rumput baru
walau kaubakar daun-daunku
akan bersemi melebihi dulu

aku rumputan
kekasih tuhan
di kota-kota disingkirkan
alam memeliharaku subur di hutan

aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah
bagi allah tuhan sekalian alam

pada kambing dan kerbau
daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah aku berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
la ilaaha illallah
muhammadar rasulullah

aku rumputan
kekasih tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang

1992

Pada judul puisi di atas “Sembahyang Rerumputan” dapat dipahami dari makna kebahasaan sebagai berikut.
            Kata “Sembahyang” memiliki arti: menyembah, memuja, yaitu hubungan antara manusia sebagai ciptaan dan penciptanya melalui sebuah ibadah yang langsung dengan sang khalik.
Kata “walau” memiliki arti: meski, meskipun, menyatakan sebuah perbandingan
Kata “Tuhan” memiliki arti: suatu yang dipuja, disembah oleh manusia
Kata “Aku Rerumputan”: kata pada puisi Sembahyang Rerumputan tersebut menggambarkan manusia yang digambarkan dengan bentuk rerumputan, kalimat dalam judul sajak tersebut selalu diulang-ulang kembali dalam beberapa lariknya, perulangangan kalimat tersebut berfungsi sebagai penegas pengertian makna hubungan kedekatan antara manusia dengan tuhannya. Kata “Aku Rerumputan” merupakan majas metafora yang dibangun dari kata-kata Aku dan Rerumputan. Kata aku berarti orang pertama atau tunggal.
Secara sistematis Kata aku tersebut membayangkan adanya seseorang baik laki-laki ataupun perempuan, Sebagai kata ganti atau sebutan orang pertama tunggal, kata aku jelas menunjukkan adanya manusia.
inna shalaati wa nusuki wa mahyaaya wa mamaati  lillahi rabbil ‘alamin” kata tersebut merupakan kata yang berasal dari bahasa arab yang miliki arti, Yaitu “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanya bagi Allah Tuhan semesta alam” kata tersebut menerangkan kesungguhan atau keikhlasan seorang manusia menjalani ibadahnya, yaitu sembahyang seperti yang sudah dijelaskan di atas dan menyerahkan apa yang akan terjadi didalam kehidupannya kepada tuhannya.
“Topan menyapu luas padang” kata topan menyapu pada kalimat tersebut memiliki arti angin yang teramat kencang dan bisa meluluhlantakkan segala yang ada dihadapannya, sedangkan kata luas padang berarti tanah yang sangat luas.
“Tubuhku bergoyang-goyang” kata ku pada tubuhku tersebut sama yang sudah dijelaskan di atas yaitu melambangkan manusia dan bergoyang-goyang berarti selalu bergerak dan mengalami ujian atau cobaan.
“Tapi tetap teguh dalam sembahyang” kata tersebut mengartikan seseorang yang selalu taat beribadah meskipun cobaan selalu datang.
“akarku mengurat di bumi” memiliki arti seorang manusia yang punya keteguhan hati yang sangat kuat dan keteguhan itu bagaikan akar yang menancap di bumi.
“aku rerumputan kekasih tuhan” merupakan pernyataan tokoh aku, yaitu manusia yang secara metaforis membayangkan hubungan antara aku (manusia) dengan tuhannya.
“di kota-kota disingkirkan, alam memeliharaku subur di hutan” kesan heterogenitas dan keterpecahan heuristik dalam puisi “Sembahyang Rerumputan” tersebut semakin kuat terlihat pada bait kelima, di kota-kota disingkirkan memiliki arti terbuang. Frase “di kota-kota” tersebut menggambarkan seseorang yang keberadaanya terbuang oleh hirup likup keramaian. Tiba-tiba muncul kalimat “Alam memeliharaku subur di hutan” yang tidak diketahui hubungan dengan frase “di kota-kota disingkirkan”
“aku rerumputan kekasih tuhan” merupakan pernyataan tokoh aku, yaitu manusia yang secara metaforis membayangkan hubungan antara aku (manusia) dengan tuhannya, kata tersebut mengalami perulangan yang berfungssi sebagai penegas maksud, yaitu kedekatan manusia dengan tuhan.


Simpulan
Estetika sebuah puisi dapat ditemukan tidak hanya dengan membacanya namun juga dibutuhkan sebuah analisis sehingga dapat kita temukan unsur-unsur keindahan didalam sebuah karya sastra puisi, dan pesan-pesan yang membangun khususnya bagi kita selaku penikmat sastra.
puisi Sembahyang Rerumputan ini tidak hanya sekedar memiliki sebuah estetika, lebih dari itu, teramat sangat indahnya puisi ini hingga membuat seorang warga malaysia berani membelinya harga yang sangat fantastis.


Daftar Pustaka
Suroso & Santoso Puji. 2009. Estetika Sastra Sastrawan & Negara. Yogyakarta: Pararaton Publising
Sariban.2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra, Surabaya: Lentera Cendia surabaya

0 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. DESYA WIBAWA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger